Powered By Blogger

Thursday, March 5, 2009

Nostalgia di Bus Damri


Naik bus damri mengulang kembali suka duka selama jadi mahasiswa
sarjana. Tidak terhitung puluhan bahkan mungkin ratusan emosi yang
tertuang dalam benakku di dinding2 bus damri. Sedih, senang, takut,
gelisah,marah hingga panik semuanya mempunyai komposisi dalam memori
yang terkenang.

Semuanya nyaris tidak berubah, kecuali penumpangnya dan harga bis yang
sudah beranjak naik menjadi 3200 rupiah. Kondektur masih bapak2 yang
itu itu juga. Ngetemnya pun masih lama, menunggui para penumpang yang
tidak kunjung datang-datang.

Tiba-tiba perhatianku tersedot oleh dua orang lelaki muda berkaus
putih. Yang satu menenteng kotak kardus, yang lainnya dengan
cekatannya membagikan selebaran2 fotokopian, yang akhirnya hinggap di
tanganku juga.Di kausnya tertulis singkatan besar-besar, sesuatu yang
kudengar sebelumnya.

KPJ begitulah mereka menamakan diri. Singkatan dari Kelompok Penyanyi
Jalanan, kadang ditambahkan embel-embel KOJ Katapang merujuk kepada
tempat mangkal mereka di Jl.Katapang dekat Stadion Sidolig (Persib).
Grup ini pernah kutemui di bus damri juga, waktu itu kali pertama
mereka muncul di muka umum. Dengan penampilan seadanya serta
fotokopian juga yang berisi kliping2 bencana (banjir di dayeuh kolot
kalo ga salah). Mereka sambil gugup dan terbata-bata mengungkapkan
maksud dan tujuan mereka untuk mengumpulkan dana bagi korban banjir di
dayeuh kolot.

Kini penampilan mereka lebih rapih, kotak kardusnya pun diplester
lebih apik, jugabicaranya pun tampak lebih teratur dan berbobot yang
intinya mengajak seluruh masyarakat pengguna bus damri apapun ekonomi,
suku, agama, dsb dsb untuk rela menyumbang untuk bencana longsor di
bengawan solo.Hingga fotokopiannya (yang kini lebih tebal
halamannya)pun ditempeli dengan kliping-kliping koran yang meliput
bantuan yang mereka sampaikan di berbagai tempat yang menyiratkan
pesan bahwa sumbangan anda pasti akan kami sampaikan pada mereka yang
membutuhkan (menambah poin kredibilitas).

Pengalaman kali ini membuat saya berdecak kagum sekaligus haru.
Melihat orang-orang sederhana, yang sering dipandang sebelah mata oleh
orang-orang (sebelah mata?? kaya ngintip dunk) mungkin dengan
pendidikan yaah mungkin SMA pun tidak tamat (makanya jadi pengamen
jalanan juga), namun memiliki hati dan semangat untuk membantu sesama
yang membutuhkan. Dan dimana ada kemauan disitu ada jalan dan bantuan
nyang terulur.