Powered By Blogger

Saturday, February 28, 2009

Galunggung Report: Yang Jago Bikin Kejutan


Perjalanan yang tidak direncanakan itulah mazhab yang dianut oleh teman-teman seperjalananku. Konon makin direncanakan, makin pula tidak akan terlaksana. Namun aku punya pendapat lain untuk ini. Gagagl merrencanakan sama dengan merencanakan untuk gagal. Yah demikianlah perjalanan kali ini meski sudah digaungkan namun karena tidak terencana serta tiba-tiba si dance dan dimer membatalkan keberangkatan akibat ada urusan yang lain, perjalanan kali ini nyaris saja gagal. Perasaan gondok ada juga sih, ghimana enggak masa gara-gara orang gak mentingin trus kita jadi gak jalan-jalan. Apalagi jalan-jalan agaknya penawar mujarab saat kita stress dan tertekan dalam pusaran ilmu penyakit dalam yang membebani otak. Seperti kuda meringkik hendak mencari lepas dari pingitan.

Murah dan meriah, prinsip utama yang dianut para backppacker. Perjalanan dimulai dari jalan sampurna, tenaek angkot sampai cicaheum. Disana kami naek elf ke Singaparna. Tarifnya kurang lebih 50000/3 orang, waktu tempuhnya cukup lama abis muter-muter dulu di garut. Jalur yang dilalui medan tanjakan menuju garut lain dengan jalur tasik yang lebih landai dan jalannya besar-besar.

Capek juga bercerita terlalu detail, ah aku cerita aja yaa yang paling berkesan adalah Allah yang memenuhi kebutuhan manusia. Saat itu setelah naik angkot ke Galunggung dari Singaparna waktu sudah menunjukkan pukul setengah. Ketemu ibu-ibu katanya kita bakalan kemaleman itu sih. soalnya lama ke sana dari singaparna teh. laian angkotnya juga paling terakhir adanya jam setengah empat sore. trus gimana mau pulang nih. kalo nt ar nyampe jam setengah tiga artinya cuma punya waktu bentar banget di galunggung dunk. haa laah capek di jalan dunk. Saat -saat begini pengen banget kemping jadi bisa nginep di situ. Tapi sayangnya gak bisa deh. Mau nginep dimana maksudmu? Ada sih musholla keciil di pinggir danaunya, tapi duh gak kebayang pasti dingin banget deh dan laper abis gak bawa apa-apa buat makan. masak musti ngemis-ngemis sama pandaki yang kemping di situ juga. Duh malu-maluin ajah deh.Kenyataan ini bikin aku jadi makin resah aja, sementara temenku yang dua lagi daz dan yuntje mah alon-alon we. Gilee benr. yapi meski dengan kekuatiran resiko gak bisa pulang itu memang suasana di galunggung itu menenangkan jiwa membuat mata terpana, ingin untuk mengaso-ngaso lebih lama dari wwaktu yang ada. namun sama seperti perjalanan sebelumnya, Tuhan agaknya telah menyediakan kejutan-kejutan untuk manusia-manusia yang terhimpit seperti kita ini. Pas anteng foto-foto ehh tiba-tiba ada orang menyela, ternyata pandu. dia bawa mobil, akhirnya kami diajak pulang naek mobil. ya elah syukur banget. Memang Tuhan itu jagonya bikin kejutan.

Friday, February 20, 2009

Mengantuuk Melulu, kenapa nih??


Selama di IPD udah berkali-kali gue ketiduran pas perseptoran. Duh gimana lagi yak? Udah mah perseptoran teh siang-siang. Waktu-waktu masa pencobaan sangat berat. Sesudah makan tubuh pun mengalirkan darah lebih banyak untuk menjemput sari-sari makanan hasil pencernaan kita. Jemput bola-lah istilahnya mah. Akibatnya di tempat2 yang lain menjadi lebih sedikit darahnya. Termasuk di otak kita. Padahal darah mengangkut oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme. Akibatnya kekurangan oksigen membuat kita menjadi lebih mengantuk tuk tuk.
Sudah berusaha kubelel-belelkan mataku, sambil kukucek-kucek biar lebih segaaar. Hiks tapi kadang seketika tiba2 blackout, aku pun tanpa sadar terhilang dari peredaran hingga seorang teman mencubit, menoel, menginjak kakiku biar hudang deui. Paaaraah paaaraaah...
Udah coba tidur lebih awal, tapi tetep ngantuk. Apalagi kalo tidur nyubuh lebih parah lagih tuh.Minum kopi, otaknya terang tapi capeknya sih tetap. Kadang suka gak nyambung tuh, pertanda error.

Pilih mana: Puyer apa Batu?

Beberapa hari ini kita disibukkan dengan berbagai berita mulai dari dukun cilik ponari hingga kontroversi puyer. Dukun cilik yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu dipercaya mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Uuuh lihat saja ribuan orang memadati jalan menuju rumah tempat sang dukun cilik, sampai2 membludak dan ada yang pingsan segala. Dengan berbekal segelas air dan sejumlah uang sumbangan mereka rela mengantri berdesak-desakan demi momen sang dukun cilik yang sudah lemah lunglai itu (kecapean melayani pasien) mencelupkan tangannya yang menggenggam batu (dibilang batu ajaib).
Lain halnya dengan kontroversi puyer. itu Ramai-ramai orang menggugat higienisitas dan keampuhan puyer. Memang sih puyer yang sering disebut serbuk bagi itu cuma dibungkus kertas doang, mirip2 jamu nyonya meneer yang kalo mau disobek dan diseduh. Sebenarnya sih pasien tidak perlu terlalu kuatir dengan serbuk bagi khan dibuatnya juga tidak dalam jumlah banyak serta dibuat oleh apotek bukan orang sembarangan tetapi betul-betul oleh apoteker atau asisten apoteker yang sudah belajar dan mengerti tentang cara pembuatan obat yang baik.
Memang aneh yah orang Indonesia itu, di satu pihak takut (atau ditakut-takuti media) dengan puyer yang direepkan dokter yang jelas-jelas sudah belajar dan punya ilmunya, di pihak lain dengan antusias mencari kesembuhan dengan datang ke dukun. Padahal baik itu batunya maupun air keramatnya lebih meragukan higienisitasnya untuk dikonsumsi.
Cabe merah pun geleng-geleng. Inilah fenomena sosial yang ada dan nyata di sekitar kita (niru kata-kata prita laura metro tv). Jadi mau pilih puyer apa batu?