Powered By Blogger

Monday, February 1, 2010

Minggu2 pertama China-ASEAN free trade, ponsel china larisss manisss, naik 30%. praktek jasa kedokteran sekarang sudah dianggap komoditi dagang, yang dinilai dengan uang. lalu bagaimana dengan serbuan dokter asing ya pada perdagangan bebas dengan china ya?
...berikut ini artikel dari Prof. Dr. dr. Sjamsuridjal Djauzi, Sp.PD Konsultan Geriatri ttg praktek kedokteran vs perdagangan bebas...

Serbuan Dokter Asing?
Senin, 1 Februari 2010 | 06:21 WIB

KOMPAS.com - Dengan diberlakukannya perdagangan bebas China-ASEAN, banyak pihak khawatir Indonesia akan dibanjiri oleh produk China, mulai dari produk pertanian, tekstil, furnitur, mainan anak, otomotif, hingga obat. Namun, satu hal yang mungkin juga patut diperhitungkan adalah datangnya dokter asing ke Indonesia.

Dewasa ini Indonesia telah dijadikan pasar jasa layanan kedokteran, dalam bentuk pasien Indonesia berobat di luar negeri. Konon jumlah devisa yang terbuang untuk berobat ini mencapai jutaan dollar AS. Salah satu bentuk yang mungkin akan terjadi adalah dokter asing datang dan berpraktik di Indonesia. Sekarang ini sudah cukup banyak rumah sakit yang modalnya berasal dari luar negeri dan rumah sakit tersebut mungkin saja akan menjadi jembatan untuk penampungan dokter asing.

Layanan kedokteran di Indonesia tampaknya masih lemah. Citra yang terbentuk adalah layanan kedokteran kita mutunya rendah, biayanya tinggi, dan kurang komunikatif. Masyarakat beranggapan layanan di negara maju lebih baik daripada Indonesia. Namun menurut saya, tidak semua layanan di negara maju lebih baik daripada di Indonesia. Untuk penyakit-penyakit tertentu jarang didapat di negara maju, jadi pengalaman mereka kurang.

Menurut pendapat saya, pengalaman dan keterampilan dokter akan menunjang ketepatan diagnosis dan keberhasilan terapi. Namun tidak seluruh masyarakat memahami hal itu sehingga perlu pembentukan citra yang benar mengenai layanan kedokteran kita.

Hanya sayang, lembaga swadaya masyarakat di Indonesia lebih suka menyorot kekurangan layanan dan kurang memerhatikan kelebihan layanan rumah sakit dan dokter Indonesia. Apakah belum saatnya untuk bersama membentuk citra bahwa layanan kedokteran di Indonesia mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia? Sampai di mana persiapan profesi kedokteran dan perhimpunan rumah sakit di Indonesia? Apakah pihak regulator juga telah menyadari hal ini, karena tampaknya sekarang regulator kita amat lemah dalam mengawasi iklan dan kegiatan dokter asing di Indonesia. Mohon tanggapan dokter.

(M di J)

Jawaban

Saya sebenarnya dokter klinis. Namun, sedikit banyak saya mengikuti sejak tahun 2000 telah timbul kesadaran di kalangan kesehatan bahwa kita harus mampu bersaing dengan negara lain, terutama negara-negara di kawasan Asia. Dalam menghadapi isu perdagangan bebas, bahkan pernah dibentuk tim untuk mengantisipasi dan memberikan rekomendasi dalam bidang pelayanan kesehatan.

Dampak perdagangan bebas mau tak mau juga akan berdampak pada layanan kesehatan, khususnya layanan kedokteran. Dokter asing tak dapat lagi kita tolak kehadirannya hanya karena mereka dokter asing. Perlu aturan yang sama untuk dokter asing dan dokter Indonesia. Jika mereka memenuhi persyaratan untuk berpraktik di Indonesia, kita tak dapat melarangnya begitu saja. Karena itulah, persyaratan tersebut harus dikaji dengan baik, misalnya salah satu yang mungkin disyaratkan adalah kemampuan berbahasa Indonesia di samping kompetensi.

Sistem pendidikan kedokteran di luar negeri juga mungkin berbeda dengan di Indonesia. Masyarakat kita mempunyai kecenderungan untuk berobat ke dokter spesialis dan konsultan dan kurang menghargai dokter umum.

Anda benar, sebagian masyarakat kita juga masih beranggapan dokter asing mempunyai kemampuan yang lebih dibandingkan dengan dokter Indonesia. Tampaknya informasi tentang kemampuan layanan kedokteran kita tenggelam dalam hiruk-pikuk pemberitaan tentang kekurangan rumah sakit atau kelalaian dokter.

Jumlah dokter di Indonesia mencapai sekitar 80.000 orang, tersebar di seluruh Indonesia. Negeri kita pernah dijadikan salah satu contoh layanan kesehatan yang merata. Namun dengan semakin berkurangnya tenaga dokter yang bekerja di puskesmas di daerah terpencil, maka pemerataan kesehatan kita semakin berkurang. Banyak daerah terpencil yang belum menikmati layanan dokter.

Mutu pendidikan kedokteran kita sebenarnya cukup baik. Banyak mahasiswa asing yang menjalani pendidikan kedokteran di fakultas kedokteran di Indonesia. Jika tak dibatasi, setiap tahun jumlah mereka semakin besar. Jika mahasiswa kedokteran atau dokter kita mendapat pendidikan atau pelatihan di luar negeri, biasanya prestasi mereka juga dapat dibanggakan.

Namun, sistem pelayanan kesehatan kita masih harus disempurnakan. Kecenderungan masyarakat berobat ke dokter spesialis menyebabkan dokter spesialis tertentu kebanjiran pasien yang berpotensi mengurangi ketelitian dokter-dokter tersebut dan sudah tentu juga mengurangi kesempatan berkomunikasi. Masyarakat seharusnya pandai memilih rumah sakit atau dokter berdasarkan kemampuannya bukan karena ketenarannya.

Selain itu, sistem pembiayaan kesehatan kita juga harus semakin diperkuat sehingga masyarakat tak harus membayar langsung dari kantong mereka jika sakit.

Sebagai bangsa Indonesia, kita harus bersatu untuk ikut memajukan layanan kesehatan kita. Kita semua harus mempunyai rasa memiliki dan memelihara rumah sakit kita agar dapat tetap berfungsi dengan baik, terjamin kebersihan dan kenyamanannya. Kesadaran untuk meningkatkan mutu layanan rumah sakit telah menjadi tekad rumah sakit swasta maupun pemerintah.

Jika berkunjung ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Anda akan merasakan perubahan, baik di poliklinik maupun di ruang perawatan. Perubahan tersebut tidak hanya terjadi pada gedung baru atau renovasi gedung, tetapi juga pada tanggung jawab pelayanan. Setiap pasien yang dirawat di rumah Sakit Cipto Mangunkusmo mempunyai dokter penanggung jawab yang merupakan dokter spesialis yang sesuai dengan penyakitnya. Waktu layanan poliklinik lebih panjang dan dokter penanggung jawab memeriksa pasien yang dirawat secara teratur.

Tidak hanya di kota besar, sekarang banyak rumah sakit daerah yang juga sudah berubah. Lihatlah Rumah Sakit Wahab Syahrani di Samarinda atau Rumah Sakit Madiun. Rumah sakit daerah tersebut juga telah mampu memberikan layanan yang baik dan nyaman serta terjangkau. Jika kita terus-menerus meningkatkan kemampuan dan kenyamanan ini, kita sebenarnya tak perlu khawatir dengan kehadiran dokter asing.

Namun, seperti juga di bidang lain, masyarakat kita harus mempunyai rasa keberpihakan pada produk dan jasa anak negeri. Janganlah membeli produk luar negeri sekadar karena lebih murah, kita harus mengutamakan produk dalam negeri. Instansi pemerintah sebagai tokoh panutan dapat menjadi pelopor dalam menggalakkan penggunaan produk dalam negeri.

Mudah-mudah bank-bank badan usaha milik negara tidak lagi menjanjikan hadiah mobil mewah buatan luar negeri atau wisata ke luar negeri, tapi memberikan hadiah yang lebih bermanfaat bagi masyarakat serta hadiah tersebut hendaknya buatan dalam negeri pula.

Penduduk kita yang 240 juta jiwa merupakan pasar yang potensial, marilah kita adakan pasar tersebut untuk menggerakkan industri dalam negeri. Kita perlu mengubah sikap dari bangsa yang hanya pandai memakai dan membeli menjadi bangsa yang mampu memproduksi sendiri kebutuhan masyarakat kita.

Semoga ancaman serbuan dokter asing tidak akan menimbulkan ketakutan, tapi sebaliknya merangsang kita untuk menumbuhkan jasa layanan kesehatan di Indonesia yang baik dan terjangkau.

DR Samsuridjal Djauzi

No comments:

Post a Comment