Monday, June 8, 2009
My Violin, My Friend
Tidak seperti anak2 kecil saat ini, yang ortunya melek pendidikan musik. aku baru diperkenalkan utuk menguasai alat musik saat kelas 3 smp. memang agaknya sudah keburu jangkung dulu baru belajar musik, padahal golden periodenya udah lewat. tapi saya tetap bersyukur pengalaman bermain musik telah menghiasi hari-hariku menjadi lebih berwarna dan indah.
kurang lebih 4 tahun aku belajar biola, memang aku tidak secemerlang rekan-rekan yang lain sehingga tidak terlalu pesat. tapi khan yang penting rasa tidak berkata bohong, aku menikmati setiap gesek bunyi yang tercipta dari biola cremonaku ini. ketika suntuk, bermain musik benar2 menjadi penyaluran rasa sumpek dan suntuk yang terpendam, selain itu belajar untuk tidak cepat putus asa. kadang ketika melihat kumpulan toge2 yang berserakan maka perasaan hati menjadi ciut. haduh kayanya susah deh. tapi terima kasih kepada pak suzuki, penciptametode belajar biola dari jepang itu. beliau menerapkan metode belajar biola seperti ketika pertama kali seorang manusia belajar berbicara. yaitu dengan mendengarkan , baru belajar aksara. demikian pula dengan metode suzuki adalah suatu pemicu semangat buat diriku karena telah mendengar musik dari partitur ternyata sedemikian indahnya, sehingga menjadi motivasi untuk menirunya secara pribadi dengan tidak kenal menyerah. kadang bisa cepat menyelesaikan satu lagu tapi kadang sampai bosan 1,5 bulan tidak selesai2. tapi ketika berhasil "menaklukan" lagu-lagu sulit itu, rasanya senang sekali. seolah melihat liukan jalan setapak yang kita lalui kemarin dari puncak gunung yang kita jejaki pagi ini. memang kadang makin togenya beertaburan makin enak juga didengar hasilnya.
setelah sempat vakum selama 4 tahun, aku kemabali membangunkan kembali kawan lamaku dari sebuah kotak kayu hitam yang menjadi tempat istirahatnya selama ini. aku serasa mempunyai hutang untuk kembali meneruskan pelajaran biola yang selama ini tertunda. serasa punya alat namun tidak cukup mahir untuk mengeluarkan segenap kemampuan yang tersimpan di dalamnya, maka aku memutuskan untuk kembali ke bangku les. kebanyakan kawan-kawan lesku adalah anak-anak sekolah, sesekali aku nyengir juga liat mereka, agaknya aku murid tertua di sekolah kami yang belajar les biola. saat ini aku kembali menikmati bukan saja nostalgia masa muda namun cara lain menikmati suatu komposisi karya seorang pencipta lagu. bagaimana unsur emosi tertuang dari tanda-tanda dimnamik di dalamnya, suatu ha sederhana yang kulewatkan saat pertama kali belajar. meskipun dalam hati timbul suatu pertanyaan substantif: apakah yang kucari kini? untuk apakah aku belajar kembali biola? setelah aku lebih mahir apakah ada tujuan mulia yang hendak kukejar dan kuraih? suatu pertanyaan yang belum dapat kujawab hingga kini. kuhela nafasku dalam, dan kembali kugesek kembali sahabatku, biola.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Cebe!!!!!!!!!! gdluck yah komprenya!!!
ReplyDelete