Pintu Masuk Via Jalan Asia Afrika dekat Gedung Konferensi AA yang dihiasi bunga berwarna warni.
Arena stand pameran dari BUMN, instansi pemerintah, dan cenderamata seni
Kesenian tradisional Sunda yang mencuri perhatian khalayak. Bunyi karinding yang menyelusup sesekali di antara liukan suling menjadi keunikan tersendiri.
Pintu Masuk via Naripan, depan Canary Bakery
Bambu, material paling mudah ditemui di festival ini. Bambu merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa Barat.
Eksebisi foto-foto tentang Bandung sepanjang Jalan Braga. Sayangnya belum semua pigura terisi saat hari pertama festival. Penempatan deretan pigura ini memberikan kesan lapang dibandingkan penyelenggaraan festival tahun lalu yang nyaris penuh oleh stand.
Salah satu foto yang berjudul "It's superstar!", melukiskan seorang anak perempuan yang sedang membayar kepada seorang ibu penjual sate.
Kongkow-kongkow pembawa acara di depan gedung PGN yang dipenuhi coretan (baca: dihiasi) mural-mural seni jalanan (vandalisme atau karya seni? Apapun itu cukup menghidupkan suasana gedung kuno yang menjulang dan pucat pasi membisu)
Pertunjukan musik di pintu masuk festival dari arah Center Point dan Landmark. Gileee, penuh abis. Penonton yang sebagian besar terdiri dari anak-anak SMA berjingkrak-jingkrak secara ritmik dan berjamaah.
Suasana nyaman berjalan di tengah Jalan Braga. Impian warga Bandung di masa depan.
Pohon jati belanda yang ditanam beberapa tahun yang lalu kini sudah mulai berbunga menambah keasrian suasana. "Paving block" yang dipasang dengan biaya APBD yang tidak sedikit ini menciptakan atmosfir pedestrian di Eropa. Akan tetapi dalam kesehariannya masih menyisakan masalah. Susunan batu andesit yang sedianya hanya mampu menanggung beban pejalan kaki tetap dibuka untuk dilalui kendaraan. Akibatnya selalu rusak, dan menimbulkan kemacetan.
No comments:
Post a Comment