Powered By Blogger

Monday, December 14, 2009

Pengobatan Asma di Rumah

Senin, 14 Desember 2009 | 07:49 WIB


KOMPAS.com - Istri saya penderita asma. Terakhir berobat ke dokter enam bulan lalu. Hasil pemeriksaan fisik serta fungsi paru baik.

Dokter menganjurkan agar digunakan obat asma hirup, obat tersebut tidak digunakan sejak tiga bulan lalu. Meski tidak minum obat, keadaannya baik. Tetapi, seminggu lalu istri saya terserang asma akut setelah sebelumnya membersihkan kamar tidur, kasur, seprai, dan bantal berdebu.

Malamnya dia batuk-batuk dan pagi hari mulai merasa sesak. Obat asma hirupnya habis. Saya belikan obat tablet di warung, tetapi tidak menolong. Segera saya bawa ke unit gawat darurat (UGD) rumah sakit. Dokter memberikan obat semprot dan suntikan. Sesak masih ada meski berkurang. Akhirnya dia dirawat lima hari di rumah sakit.

Pengalaman ini memberikan pelajaran, meski sudah kelihatan sembuh, serangan asma dapat datang kembali, dapat cepat dan berat.

Apakah memang obat asma tidak boleh dihentikan? Apa obat asma hirupan sehingga harus digunakan terus-menerus? Benarkah efek samping obat asma hirupan lebih berat daripada obat asma minum? Apa yang harus dilakukan jika ada anggota keluarga mengalami serangan asma di rumah? Obat apa yang harus diberikan sebelum membawa penderita ke rumah sakit?

N di C

Asma disebabkan inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan saluran pipa napas peka, mudah menyempit jika terpajan sesuatu, misalnya debu rumah.

Pengobatan asma terdiri atas obat yang melebarkan pipa saluran napas (bronkodilator) dan obat pengurang proses inflamasi. Biasanya obat bronkodilator dapat dihentikan jika penderita tidak sesak lagi (pipa saluran napas sudah melebar kembali).

Namun, obat anti-inflamasi perlu dipakai menerus pada asma persisten. Obat anti-inflamasi bermanfaat mengurangi proses inflamasi dan akan mengurangi kepekaan pipa saluran napas. Diharapkan dalam jangka lama pipa saluran napas yang hiper-reaktif akan menyerupai pipa saluran napas orang tidak asma. Obat ini umumnya golongan steroid. Yang banyak digunakan adalah dalam bentuk obat hirup.

Obat golongan steroid bermanfaat, tetapi penggunaan sistemik (baik tablet maupun suntikan) jangka panjang akan menimbulkan risiko efek samping, misalnya katarak, hipertensi, atau diabetes melitus.

Obat steroid hirup juga dapat menimbulkan efek samping, tetapi termasuk ringan dan tidak sulit diatasi, berupa jamur pada kerongkongan dan pita suara. Untuk itu, setelah menghirup obat ini, dianjurkan berkumur dengan air hangat.

Faktor pencetus

Penderita penyakit kronik, termasuk asma, harus mengenal penyakit dan terapinya dengan baik. Penderita perlu mengenal gejala permulaan serangan yang dapat berupa batuk atau sesak. Biasanya, sebelumnya ada faktor pencetus, seperti kelelahan, alergi (seperti debu rumah dan bulu binatang), dan infeksi saluran napas, terutama infeksi virus.

Penderita asma yang terserang influenza dapat mengalami serangan. Karena itu, faktor pencetus serangan asma harus dihindari. Untuk menghindari influenza, dapat dengan menghindari orang yang sedang influenza, cuci tangan teratur, dan vaksinasi influenza.

Salah satu kemajuan terapi asma adalah tercapainya kualitas hidup yang baik. Dulu penderita asma dibatasi kegiatannya karena takut timbul serangan. Dengan terapi baru dan jika dapat terkendali total, penderita dapat berkegiatan seperti orang lain, termasuk olahraga yang cukup berat.

Untuk dapat terkendali total, diperlukan kerja sama yang baik antara dokter dan pasien. Obat asma lebih progresif diberikan untuk mencapai fungsi paru terbaik.

Obat asma hirupan tidak berefek samping lebih berat daripada obat minum, bahkan lebih ringan. Karena itu, sekarang pengobatan asma kronik diutamakan obat asma hirupan, baik untuk bronkodilator maupun anti-inflamasi.

Kenali obat

Pasien atau keluarga harus mengenal obat yang harus dipakai. Sebaiknya penderita asma tidak kehabisan obat karena keterlambatan pemberian obat dapat menjadikan serangan asma lebih berat. Obat asma hirupan bekerja lebih cepat sehingga dapat cepat melegakan serangan.

Pasien atau keluarga harus pandai memantau hasil terapi. Jika tidak terjadi perbaikan, harus segera berobat ke UGD rumah sakit terdekat. Jangan menunggu sampai pagi atau bergantung pada dokter tertentu.

Unsur waktu dalam terapi serangan asma akut sangatlah penting. Makin cepat diobati, biasanya akan lebih cepat pula pemulihannya. Pasien yang sudah lama tidak mendapat serangan dapat tiba-tiba mengalami serangan akut berat. Pada keadaan ini, penderita sebaiknya diobati di rumah sakit.

Asma pada tingkat ringan dan sedang lebih mudah diobati daripada asma berat. Pada asma berat diperlukan kombinasi obat. Di samping obat hirup, kadang-kadang diperlukan obat minum dan suntikan. Asma kronik dapat dikendalikan dengan menghindari pencetus dan menggunakan obat anti-inflamasi dan jika perlu ditambah bronkodilator.

Pengobatan asma kronik tidak dapat dilakukan dengan sekali suntikan atau minum obat hanya beberapa hari. Obat anti-inflamasi perlu digunakan dalam waktu lama dan jika timbul gejala asma perlu ditambah bronkodilator.

Untuk pengobatan permulaan, obat asma hirup lebih mahal. Namun, untuk jangka panjang sebenarnya dapat menghemat obat-obat yang perlu digunakan jika timbul serangan akut atau mencegah masuk rumah sakit. (Dr Samsuridjal Djauzi)

No comments:

Post a Comment